Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Hari ini adalah hari terakhir masuk kerja di tahun 2017. Sudah bisa ditebak, bahwa kantor sepiii sekali. Hari-hari akhir tahun adalah hari yang nanggung, target sudah tercapai, mau mulai bergerak untuk tugas tahun depan kok kelihatan kerajinan banget hehe. Jadinya 2 hari ini saya sibuk nulis blog. Nulis blog adalah salah satu hiburan, mengingat di ruangan hanya tersisa 3 orang yang saling diam.
Baiklah aku lanjutkan cerita yang kemarin yaa. . Kali ini ceritanya mau sampai tuntas. Jadi tenang ajaa, gak bakal ada part lainnya. Selain karena sisa waktu kantor sepi tinggal hari ini dan takutnya kalau kepanjangan malah jadi novel lagi.
💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓💓
After Khitbah
Khitbah atau Peminangan adalah seorang laki-laki muslim yang akan menikahi seorang muslimah, hendaklah ia meminang terlebih dahulu karena dimungkinkan ia sedang dipinang oleh orang lain. Dalam hal ini Islam melarang seorang laki-laki muslim meminang wanita yang sedang dipinang oleh orang lain (Sumber: https://almanhaj.or.id/3231-khitbah-peminangan.html).
Hari sabtu itu dia datang kerumahku seorang diri bertemu dengan Bapak Ibuku secara langsung. Hari itu perasaanku biasa saja, aku tidak mau terlalu memikirkan kedatangannya dirumahku. Dengan berbekal nasihat dari mbak dan mas iparnya dan berbekal nonton film Ketika Cinta Bertasbih pas bagian khitbahnya 👈 ( Ini cerita asli versi suami setelah menikah yang bikin ngakak), akhirnya dia sukses mendapatkan tanda positif dari kedua orang tuaku. Bapakku yang biasanya cuek sama cowok-cowok yang dekat denganku dan adekku, bahkan berdasarkan penuturan suami, Bapakku begitu baik ngajak ngobrol terus. Setelah kehadirannya, Ibuku langsung menelpon, dan menyatakan persetujuannya. Ibuku mempersilahkan aku untuk berbicara lebih lanjut dengan Anto untuk kedepannya.
Malamnya Anto nelpon aku, ini pertama kalinya kita berbicara membahas permasalahan itu. Agak awkward sih, mengingat dia adalah temenku sendiri di kampus, meskipun kami tidak terlalu dekat. Gaya bicaranya santai, enak, tidak tampak canggung, sehingga akupun menjawabnya juga santai. Saat dia bertanya kapan kiranya aku bisa pulang ke madiun untuk diadakan lamaran secara resmi,
Aku malah bertanya "Kamu mau menikah sebelum lebaran atau setelah lebaran" "Kalau setelah lebaran, sebaiknya lamarannya nanti aja menjelang puasa, dan berarti kita tidak usah komunikasi dulu". Dia pun menjawab dengan ragu karena belum lihat kalender "Ya sebelum lebaranlah". Padahal awal puasa adalah akhir mei. Berarti hanya tersisa 2 bulan lebih untuk mempersiapkan semuanya. "Cepet juga ya ternyata, hehe" katanya lagi.
Btw menurut pengakuan suami, saat telpon-telponan itu, dia sudah menulis semua daftar pertanyaan karena takut bingung, dan tambah awkward. Pantesan di telpon kok lancar gitu, gak ada berhentinya, sambung menyambung pembicaraannya. Telepon diakhiri dengan kejelasan lamaran dilakukan kira-kira Maret akhir atau April awal. Sebenarnya, aku berharap lamaran dilakukan secepatnya dan nikah secepatnya, mungkin pas ulang tahun Ibuku 22 April. Karena menurutku semakin pendek jarak khitbah dan pernikahan, semakin sedikit godaannya. Tapi sepertinya Anto belum siap, wkwkwk (malah aku yang ngebet pengen cepat 😀)
Pemilihan Vendor
Pada proses ini, ibuku adalah orang yang paling semangat. Ya iyalah, ibukulah yang paling menunggu saat-saat ini, saat-saat anak gadisnya yang pertama menikah. Belum juga lamaran, ibuku sudah curi start cari gedung. Aku dan ibuku sepakat untuk venue pernikahan yang nyaman, luas sehingga tamu bisa dengan tenang menikmati hidangan. Karena tamu adalah raja, sebagai penghargaan mereka sudah mau datang dan memberikan doa restu, maka harus kita jamu dengan sebaik-baiknya. Sesuaikan budgetmu dan jumlah tamu undanganmu. Prinsipnya kita pilih gedung yang membahagiakan tamu, bukan yang membahagiakan kita yaaa. Maka awal maret itu, diputuskanlah ke Ballroom Hotel The Sun. Tanpa hitung weton-wetonan hanya berbekal melihat ketersediaan tanggal maka tanggal 20 Mei adalah tanggal yang dianggap paling pas. Tapi selain kita yang mengincar tanggal 20 Mei ada anak-anak sekolah yang mau perpisahan. Jadinya ibuku tanpa malu, langsung WA Anto, tanya apakah bersedia tanggal 20 Mei. Anto pun menyetujuinya.
Masih sebelum lamaran juga, aku dengan pedenya juga sudah menghubungi vendor-vendor undangan, tukang make up, baju pernikahan dan lain-lain. Aku paling suka memang ngurusin perintilan beginian membuat aku tambah semangat. Jadiiiii sebelum lamaran, semuanya sudah siap, Gedung udah dipesen, Vendor sudah di DP. Padahal bisa aja, Anto berubah pikiran, dan lamaran dibatalkan, huaaaaaa 😭😭😭. Tapi lagi-lagi ada suatu keyakinan dan ini merupakan ikhtiar, supaya pernikahan dapat disegerakan.
Beneran godaan after khitbah itu benar-benar dasyat, karena pada intinya setan tidak suka melihat sepasang umat manusia disatukan dalam pernikahan yang sah. Dalam pikirku, kalau memang lamaran gak jadi, ya sudah dia bukan jodohku. Lagi-lagi kali ini aku selalu berusaha mengedepankan logika bukan perasaan. Ya iyalah la memang belum ada perasaan apa-apa ke Anto juga. Jadi ngurusin perintilan itu, membuatku sedikit lupa tentang perasaanku.
|
Suasana Gedung The Sun Hotel, Luas dan nyaman |
|
Foto bersama WO dan MC yang keceeee, gak salah pilih mereka |
Lamaran
Sebenarnya lamaran dan khitbah sama ya, lamaran disini aku kondisikan sebagai khitbah secara resmi pihak laki-laki dan keluarganya. Sebelum lamaran kita jarang banget komunikasi, mungkin komunikasi kita bisa dihitung jari. Aku lebih sering nyuruh ibuku untuk komunikasi ma Anto. Entah kenapa waktu itu, males bangettt untuk berhaha hihi, chatting-chatting pedekate gitu. Aku benar-benar tidak berusaha mengakrabkan diri dengannya. Diapun juga begitu. Aku selalu berpikir, nanti saja lah, abis nikah. Bahkan di hari lamaran, dia cuman kasih satu pesan pendek "Kami berangkat" hehe. Lamaran kami juga ala kadarnya saja. Tanpa cincin, perhiasan ataupun bunga. Bener-bener hanya perkenalan, menanyai aku bersedia tidak yang hanya aku jawab "Insya Allah", dan makan bersama. Aku juga lebih sering di belakang bareng keluargaku daripada nemenin dia. Kalau dipikir-pikir sekarang kasihan ya suami pas itu hehehe. So lamaran pun dari pihakku gak ada dokumentasinya hehe.
Setelah lamaran itu aku baru cerita ke sahabat-sahabatku termasuk ciwi-ciwi ini mengenai prosesku. Mereka kaget dan seperti dugaanku mereka pada gak nyangka. Jadi sebelum lamarannya hanya satu temanku saja yang tau, temen yang kuajak beli kain di mayestik makanya mau gak mau harus jujur dong, hehe.
Godaan-godaan Mulai Muncul
Aku pikir dengan mengurangi komunikasi antara kami berdua, maka dapat menghilangkan godaan-godaan setan. Karena biasanya gara-gara komunikasi, suatu lamaran pernikahan bisa dibatalkan, suatu hubungan yang sudah dibina lama dan tinggal akad saja bisa kandas. Biasanya kalau sering komunikasi, godaan muncul dari salah paham, kurang pengertian dan lain sebagainya. Namun ternyata setan punya berbagai macam cara untuk menghindarkan dari suatu pernikahan. Setan masuk dalam hati kami, pikiran kami, menimbulkan perasaan was-was dan ketidakyakinan.
Beberapa godaan setan setelah saya himpun dari suami adalah sebagai berikut:
Godaan di Salya:
1. Merasa gaya Anto kurang oke. Setan tiba-tiba membuatku kepo facebook dan media sosial Anto, dan entah kenapa aku merasa Anto gak stylist dan biasa saja. Apalagi pas acara beli cincin, dia pakai jaket yang tidak aku sukai, dalam hati waktu itu aku mikir dengan sombongnya "Masa beneran dia, bakal jadi suamiku". Astaghfirullah.
Solusi : Aku inget-inget kata-kata temen kantorku. "Gaya/style dapat dengan mudah diubah tapi akhlak akan susah untuk diubah"
2. Merasa Anto kaku dan pendiam. Mengingat pertanyaan-pertanyaannya pas proses awal kami, melihat postingan-postingannya dan mengamati gaya bicaranya pas ketemu. Fix aku menganggap kalau dia kaku dan mungkin orangnya membosankan.
Solusi : Aku inget-inget hal-hal yang aku sukai darinya, salah satunya adalah sifat tegasnya. Anto bisa memilih dengan cepat, dan disertai alasan yang kuat. Karena jujur aku gak suka laki-laki yang bingungan "laki-laki terserah" ( kata terserah kan harusnya cuman milik cewek), yang gak bisa menentukan pilihan.
3. Perasaan cinta yang ta kunjung datang. Entahlah ini merupakan godaan setan, atau cara Allah menjaga hatiku. Tapi cinta yang ta kunjung datang itu sedikit membuatku frustasi.
Solusi : Aku inget cerita mbak dian temen kosku, dulu awal dia belum ada perasaan ma suaminya. Tapi sekarang lengketnya kaya prangko, kemana-mana ditemani, hehe.
Godaan di Anto:
1. Merasa Salya sangat high, dan dia berharap aku membatalkan lamaran saja. Dia merasa terbebani. Dia sampai belajar nyetir, karena ngira aku gak suka naik motor, kepanasan dan lain-lain. Padahal aku paling gak suka naik mobil, lebih suka naik motor bisa swing-swing pas kemacetan.
2. Merasa Salya suka jalan terus, dia sampai takut membuatku bosan nantinya, sehingga dia berusaha cari referensi tempat-tempat yang bagus. Padahal aku anak rumahan banget, tidur-tiduran nonton TV adalah kebahagianku.
Yahh, mungkin godaan kita sederhana ya, tapi pas dijalani berat banget. Rasa cinta yang belum ada, ketakutan dan keraguan, kalau kami tidak memiliki obatnya atau solusi bisa berakibat fatal, bisa membuat batalnya proses pernikahan ini. Yang terpenting adalah rajin-rajinlah sholat istikhoroh. Kalau sudah sholat maka tidak ada yang perlu ditakuti, jika dia bukan jodohmu Allah akan menunjukannya dengan bukti yang sangat kuat. Jadi segala perasaan-perasaan yang aneh dan alasan yang tidak syari, yakinlah itu hanya godaan setan.
Pernikahan
Hari yang ditunggu-tunggu datang, yaitu Hari Pernikahan. Menjelang hari tu aku benar-benar disibukkan dengan acara. Cateringnya gimana, Dekornya gimana, jadi aku belum merasa deg-degan. Rasa deg-degan itu baru muncul setelah melihat foto yang dikirim temanku, foto Anto memasuki gedung pernikahan.
"Ya Allah, tumbuhkanlah cintaku pada suamiku nanti. Engkaulah Yang Maha Membolak-balikkan hati"
Pagi itu aku tidak dapat mendengar dan melihat bagaimana perjanjian berat (akad nikah) yang dia buat di depan Bapakku dan penghulu. Namun pagi itu aku merasa tenang karena aku akhirnya menemukan pasangan hidupku. Kuberjalan kearahnya, mencoba selalu senyum kesemuanya. Doa-doa tamu yang disampaikan ke kami, membuatku bersemangat. Kupegang tangannya dan berusaha membuat suasana cair, meskipun aku dengar suara detak jantungnya, tapi aku berusaha tidak menggodanya. Hari itu meskipun perasaanku masih biasa saja, tapi hari itu adalah hari yang paling membahagiakan. Melihat tamu-tamu bahagia, melihat keluarga bahagia, dan terutama melihat orang yang menggenggam tangaku, orang yang Insya Allah akan menuntun dan menemaniku. Alhamdulillah.
Bismillah, semoga kita menjadi pasangan dunia dan akhirat yaa.. Terima Kasih telah memilihku. Terima kasih ya Allah atas pilihanMu.
Alhamdulillah, akhirnya selesai juga cerita perjalanan kita. Dan bagaimana cinta itu tumbuh dan lain sebagainya, bahkan aku sendiri juga tidak menyadarinya.
Terima kasih telah membaca kisah kami. Kisah masing-masing orang dalam menemukan pasangan hidupnya berbeda-beda. Ujian sebelum pernikahan juga berbeda-beda. Yang terpenting selalu jagalah keyakinanmu dan ketaatanmu pada Allah sebelum memasuki level-level kehidupan yang lebih tinggi.
with love
@salyasari